10 destinasi ekowisata di indonesia yang mendukung pelestarian biodiversitas adalah daftar lengkap tempat-tempat terbaik di Nusantara yang tidak hanya memukau dengan keindahan alamnya, tapi juga secara aktif melibatkan wisatawan dalam upaya konservasi, perlindungan satwa, dan pemberdayaan masyarakat lokal. Dulu, banyak yang mengira “wisata alam” berarti datang, foto, lalu pergi tanpa jejak — kecuali sampah. Kini, semakin banyak pelancong menyadari bahwa liburan bisa menjadi alat perubahan: setiap tiket masuk, setiap donasi, dan setiap kunjungan mendukung program reboisasi, perlindungan satwa, dan ekonomi desa. Banyak destinasi ekowisata kini dikelola oleh masyarakat adat, menggunakan energi terbarukan, dan menerapkan prinsip zero waste. Yang lebih menarik: wisatawan tidak hanya jadi penonton — tapi peserta aktif: menanam pohon, membersihkan hutan, atau mengikuti pelatihan edukasi satwa.
Faktanya, menurut Kemenparekraf, KLHK, dan survei 2025, jumlah kunjungan ke destinasi ekowisata naik 140% sejak 2020, dan 7 dari 10 wisatawan lebih memilih destinasi yang terbukti berkontribusi pada pelestarian lingkungan. Banyak desa wisata seperti Tangkahan (Sumatera), Sawai (Maluku), dan Kampung Harapan (Papua) berhasil mengubah konflik manusia-satwa menjadi kolaborasi, bahkan mendapat penghargaan internasional. Yang membuatnya makin kuat: ekowisata bukan hanya menyelamatkan alam — tapi juga menghidupkan kembali budaya lokal dan memberi alternatif ekonomi yang berkelanjutan. Kini, wisata bukan lagi soal seberapa jauh kamu pergi — tapi seberapa dalam kamu memberi dampak positif.
Artikel ini akan membahas:
- Pengertian ekowisata & pentingnya
- Kriteria destinasi berkelanjutan
- 10 destinasi terbaik di Indonesia
- Dampak positif terhadap lingkungan & masyarakat
- Tips wisatawan etis
- Panduan bagi pelancong & keluarga
Semua dibuat dengan gaya obrolan hangat, seolah kamu sedang ngobrol dengan teman yang dulu hanya jalan-jalan biasa, kini jadi relawan ekowisata dan bangga bisa berkontribusi. Karena liburan yang sejati bukan diukur dari seberapa banyak foto — tapi dari seberapa banyak yang kamu selamatkan.

Apa Itu Ekowisata dan Mengapa Penting bagi Pelestarian Biodiversitas?
Ekowisata adalah bentuk wisata yang bertanggung jawab ke alam, dengan fokus pada edukasi, konservasi, dan pemberdayaan masyarakat lokal.
Ciri Utama Ekowisata:
- Minim dampak lingkungan → tidak merusak ekosistem
- Mendukung konservasi alam & satwa → dana masuk ke program pelestarian
- Melibatkan masyarakat lokal → mereka jadi pengelola & penerima manfaat
- Edukasi wisatawan → meningkatkan kesadaran lingkungan
- Berbasis budaya lokal → melestarikan tradisi & pengetahuan adat
Sebenarnya, ekowisata bukan sekadar “wisata hijau” — tapi gerakan berkelanjutan yang mengubah pariwisata dari ancaman jadi solusi.
Tidak hanya itu, Indonesia punya potensi besar karena kekayaan biodiversitasnya.
Karena itu, wisata bisa jadi alat pelestarian.
Kriteria Destinasi Ekowisata yang Berkelanjutan
KRITERIA | PENJELASAN |
---|---|
Dikelola oleh Masyarakat Lokal | Mereka paling tahu & paling peduli pada alam mereka |
Program Konservasi Aktif | Reboisasi, perlindungan satwa, penangkaran |
Praktik Zero Waste | Minim plastik, daur ulang, kompos |
Energi Terbarukan | Surya, mikrohidro, atau angin |
Edukasi Lingkungan | Workshop, pelatihan, papan informasi |
Kuota Pengunjung Terbatas | Cegah over-tourism & kerusakan habitat |
Sebenarnya, destinasi yang baik tidak hanya indah — tapi juga bertanggung jawab.
Tidak hanya itu, transparansi program harus jelas.
Karena itu, pilih yang terbuka soal dampaknya.
10 Destinasi Ekowisata di Indonesia yang Mendukung Pelestarian Biodiversitas
1. Tangkahan, Sumatera Utara
- Fokus: Konservasi gajah, edukasi masyarakat
- Aktivitas: Menyusuri sungai, memberi makan gajah (dari jarak aman), belajar dari pawang
- Dampak: Mengurangi konflik manusia-gajah, ekonomi lokal meningkat
Sebenarnya, Tangkahan adalah contoh sempurna ekowisata berbasis komunitas.
Tidak hanya itu, wisatawan jadi bagian dari solusi.
Karena itu, wajib dikunjungi.
2. Sawai, Maluku
- Fokus: Pelestarian penyu sisik dan penyu hijau
- Aktivitas: Penetasan telur, pelepasan tukik, pantauan malam
- Dampak: Populasi penyu meningkat, nelayan beralih dari penangkapan ke konservasi
Sebenarnya, Sawai membuktikan bahwa konservasi bisa jadi mata pencaharian.
Tidak hanya itu, anak-anak desa jadi pelopor pelestarian.
Karena itu, inspiratif dan berdampak.
3. Kampung Harapan, Papua
- Fokus: Perlindungan cenderawasih & hutan adat
- Aktivitas: Birdwatching, trekking, belajar budaya Suku Yali
- Dampak: Hutan tidak ditebang, budaya tetap lestari
Sebenarnya, Kampung Harapan adalah benteng terakhir bagi keanekaragaman hayati Papua.
Tidak hanya itu, wisatawan diwajibkan ikut aturan adat.
Karena itu, sangat etis dan mendalam.
4. Pulau Moyo, Nusa Tenggara Barat
- Fokus: Ekosistem laut & hutan kering
- Aktivitas: Snorkeling terumbu karang, melihat rusa timor, berkuda
- Dampak: Larangan penangkapan ikan ilegal, pengelolaan terumbu karang
Sebenarnya, Pulau Moyo masih sangat alami karena dikelola secara ketat.
Tidak hanya itu, infrastruktur minimalis untuk jaga keaslian.
Karena itu, cocok untuk pencinta alam sejati.
5. Desa Wisata Wae Rebo, NTT
- Fokus: Pelestarian rumah adat Mbaru Niang & hutan
- Aktivitas: Menginap di rumah tradisional, belajar budaya, trekking
- Dampak: Masyarakat tidak pindah ke kota, budaya tetap hidup
Sebenarnya, Wae Rebo adalah warisan budaya yang diselamatkan oleh ekowisata.
Tidak hanya itu, pengunjung harus ikut aturan ketat.
Karena itu, wisata yang menghormati.
6. Danau Sentarum, Kalimantan Barat
- Fokus: Perlindungan ikan endemik & hutan rawa
- Aktivitas: Kayaking, melihat bekantan, edukasi nelayan
- Dampak: Larangan penebangan, pengelolaan perikanan lestari
Sebenarnya, Danau Sentarum adalah surga bagi spesies air tawar langka.
Tidak hanya itu, nelayan jadi pengawas alam.
Karena itu, sangat strategis.
7. Pulau Rinca, NTT
- Fokus: Perlindungan komodo & ekosistem savana
- Aktivitas: Trekking dengan pemandu, melihat komodo dari jarak aman
- Dampak: Kuota pengunjung, dana masuk ke Taman Nasional Komodo
Sebenarnya, Rinca adalah destinasi wajib untuk pecinta satwa endemik.
Tidak hanya itu, wisatawan diwajibkan ikut aturan ketat.
Karena itu, berkelanjutan dan aman.
8. Desa Ciptagelar, Jawa Barat
- Fokus: Pertanian organik & hutan adat
- Aktivitas: Panen padi, belajar pertanian tradisional, camping
- Dampak: Tanah tetap subur, generasi muda kembali ke desa
Sebenarnya, Ciptagelar adalah contoh ekowisata berbasis pertanian.
Tidak hanya itu, mereka hidup mandiri dan ramah lingkungan.
Karena itu, inspiratif.
9. Pulau Bokori, Sulawesi Tenggara
- Fokus: Konservasi terumbu karang & penyu
- Aktivitas: Snorkeling, penanaman karang, pelepasan tukik
- Dampak: Terumbu karang pulih, masyarakat jadi pelindung laut
Sebenarnya, Bokori membuktikan bahwa laut bisa pulih dengan dukungan wisatawan.
Tidak hanya itu, program sangat terbuka dan transparan.
Karena itu, sangat direkomendasikan.
10. Taman Nasional Gunung Leuser, Sumatera Utara
- Fokus: Perlindungan orangutan, harimau sumatera, badak
- Aktivitas: Trekking, melihat orangutan dari jauh, edukasi konservasi
- Dampak: Dana masuk ke rehabilitasi, masyarakat jadi ranger
Sebenarnya, Gunung Leuser adalah salah satu hotspot biodiversitas dunia.
Tidak hanya itu, ekowisata membantu mencegah deforestasi.
Karena itu, destinasi kelas dunia.
Dampak Positif Ekowisata terhadap Lingkungan dan Masyarakat Lokal
ASPEK | DAMPAK |
---|---|
Pelestarian Satwa & Tumbuhan | Dana dari tiket masuk digunakan untuk konservasi |
Pemberdayaan Masyarakat | Warga jadi pemandu, penginapan, petani organik |
Pendidikan & Kesadaran | Wisatawan & anak desa jadi lebih peduli lingkungan |
Pengurangan Deforestasi | Ekonomi alternatif menggantikan pembalakan liar |
Pelestarian Budaya | Tradisi, bahasa, dan pengetahuan adat tetap hidup |
Sebenarnya, ekowisata adalah bentuk pembangunan yang benar-benar berkelanjutan.
Tidak hanya itu, menguntungkan semua pihak.
Karena itu, masa depan pariwisata ada di sini.
Tips untuk Wisatawan: Cara Berwisata Secara Etis dan Berkelanjutan
1. Pilih Destinasi yang Transparan
- Cek apakah ada laporan dampak, program konservasi, atau kerja sama dengan LSM
Sebenarnya, destinasi etis tidak malu-malu soal program mereka.
Tidak hanya itu, transparansi = kepercayaan.
Karena itu, riset sebelum berangkat.
2. Hormati Aturan Lokal & Budaya
- Jangan masuk area terlarang, patuhi adat, jangan ganggu satwa
Sebenarnya, wisatawan yang hormat = wisatawan yang dihargai.
Tidak hanya itu, budaya lokal adalah bagian dari ekowisata.
Karena itu, jangan jadi tamu yang merusak.
3. Bawa Botol Minum & Tas Sendiri
- Hindari sampah plastik sekali pakai
Sebenarnya, satu botol bisa mengurangi ratusan plastik selama perjalanan.
Tidak hanya itu, ramah lingkungan dan hemat.
Karena itu, wajib dibawa.
4. Gunakan Jasa Lokal
- Pilih homestay, pemandu, dan makanan dari warga setempat
Sebenarnya, uangmu langsung masuk ke masyarakat, bukan ke perusahaan besar.
Tidak hanya itu, pengalaman jadi lebih otentik.
Karena itu, dukung ekonomi lokal.
5. Sebarkan Kesadaran
- Bagikan cerita, foto, dan edukasi di media sosial
Sebenarnya, setiap postingan bisa menginspirasi ribu orang.
Tidak hanya itu, kamu jadi duta alam.
Karena itu, jangan diam.
Penutup: Ekowisata Bukan Sekadar Liburan — Tapi Bentuk Investasi untuk Bumi
10 destinasi ekowisata di indonesia yang mendukung pelestarian biodiversitas bukan sekadar daftar tempat indah — tapi peta jalan menuju pariwisata yang tidak hanya menyenangkan, tapi juga menyelamatkan.
Kamu tidak perlu jadi aktivis untuk berkontribusi.
Cukup pilih destinasi yang etis, hormati alam, dan sebarkan kesadaran.

Karena pada akhirnya,
setiap pohon yang kamu tanam, setiap tukik yang kamu lepaskan, setiap rupiah yang masuk ke desa — adalah bentuk cinta terhadap bumi yang tidak bisa diukur dengan uang.
Akhirnya, dengan satu keputusan:
👉 Pilih ekowisata
👉 Dukung masyarakat lokal
👉 Jadikan liburan sebagai bagian dari perubahan
Kamu bisa menjadi bagian dari revolusi wisata yang tidak hanya menjelajah dunia — tapi juga menyembuhkannya.
Jadi,
jangan anggap ekowisata hanya untuk pecinta alam.
Jadikan sebagai pilihan bijak setiap orang yang peduli pada masa depan bumi.
Dan jangan lupa: di balik setiap senyum warga desa yang menyambutmu, ada harapan bahwa alam mereka akan tetap hijau — karena kamu memilih datang dengan hati, bukan hanya dengan kamera.
Karena wisata yang sejati bukan soal seberapa jauh kamu pergi — tapi seberapa dalam kamu memberi makna.
Sebenarnya, alam tidak butuh kita.
Tentu saja, kita yang butuh alam untuk bertahan hidup.
Dengan demikian, menjaganya adalah bentuk rasa syukur tertinggi.
Padahal, satu generasi yang peduli bisa mengubah masa depan.
Akhirnya, setiap tindakan pelestarian adalah investasi di masa depan.
Karena itu, mulailah dari dirimu — dari satu keputusan bijak.