10 destinasi ekowisata di indonesia yang mendukung pelestarian biodiversitas adalah panduan wajib bagi setiap traveler yang ingin menjelajah tanpa merusak — karena di tengah ancaman deforestasi, perubahan iklim, dan kepunahan satwa, ekowisata hadir sebagai solusi cerdas: memungkinkan kamu menikmati keindahan alam Indonesia sambil secara langsung mendukung konservasi, pemberdayaan masyarakat lokal, dan perlindungan spesies langka seperti orangutan, harimau Sumatera, dan penyu belimbing. Dulu, banyak yang mengira “wisata alam = bebas masuk hutan, ambil foto, dan pulang”. Kini, semakin banyak pelancong menyadari bahwa liburan berkelanjutan butuh aturan ketat, partisipasi aktif, dan komitmen untuk tidak meninggalkan jejak negatif; bahwa setiap tiket masukmu bisa menjadi dana konservasi, dan setiap kunjungan bisa menjadi edukasi tak langsung bagi anak-anak desa tentang nilai alam mereka. Banyak dari mereka yang rela membayar lebih mahal, menginap di homestay sederhana, atau bergabung dengan program penyuaran tukik — karena mereka tahu: destinasi ekowisata bukan sekadar tempat indah, tapi benteng terakhir melawan kerusakan alam. Yang lebih menarik: beberapa destinasi seperti Tangkahan, Pulau Penyaliran, dan Danau Sentarum kini menjadi model nasional dengan sistem pengelolaan berbasis komunitas, pembatasan jumlah wisatawan, dan program restorasi hutan yang didanai langsung dari pendapatan wisata.
Faktanya, menurut KLHK, UNDP Indonesia, dan survei 2025, Indonesia memiliki 4 dari 25 hotspot biodiversitas dunia, dan lebih dari 300 destinasi ekowisata resmi tersebar dari Sabang sampai Merauke. Banyak satwa endemik seperti orangutan Kalimantan, cenderawasih Papua, dan komodo NTT kini terlindungi berkat dana dari ekowisata yang digunakan untuk patroli rangers, rehabilitasi habitat, dan edukasi masyarakat. Banyak LSM seperti WWF, Conservation International, dan YIARI membuktikan bahwa “ketika masyarakat lokal dapat manfaat ekonomi dari alam, mereka akan menjadi penjaganya”. Yang membuatnya makin kuat: ekowisata bukan hanya soal alam — tapi soal keadilan sosial, pemberdayaan, dan keberlanjutan generasi mendatang. Kini, berlibur ke alam bukan lagi konsumsi — tapi kontribusi.
Artikel ini akan membahas:
- Pengertian ekowisata & prinsip dasarnya
- Kenapa Indonesia pusat biodiversitas dunia
- 10 destinasi ekowisata unggulan & dampaknya
- Peran wisatawan dalam pelestarian
- Dukungan komunitas lokal
- Tips traveling ramah lingkungan
- Panduan bagi keluarga, backpacker, dan pelajar
Semua dibuat dengan gaya obrolan hangat, seolah kamu sedang ngobrol dengan teman yang dulu cuma selfie di gunung, kini justru bangga bisa bilang, “Saya ikut bersihkan pantai saat liburan ke Wakatobi.” Karena keindahan sejati bukan diukur dari seberapa banyak foto yang diambil — tapi seberapa besar jejak positif yang ditinggalkan.

Apa Itu Ekowisata? Konsep, Prinsip, dan Dampak Positif terhadap Alam
PRINSIP | PENJELASAN |
---|---|
Minim Dampak Lingkungan | Tidak rusak vegetasi, tidak tinggal sampah |
Edukasi Wisatawan | Belajar tentang flora, fauna, dan budaya lokal |
Dukung Konservasi | Sebagian pendapatan dialokasikan untuk perlindungan alam |
Berdayakan Masyarakat Lokal | Tenaga kerja, homestay, kuliner dari warga desa |
Keberlanjutan Jangka Panjang | Kapasitas terbatas, rotasi area, evaluasi rutin |
Sebenarnya, ekowisata bukan sekadar “wisata di alam” — tapi wisata yang memberi balik kepada alam.
Tidak hanya itu, harus direncanakan dengan matang.
Karena itu, bukan opsi sembarangan.
Kenapa Indonesia Jadi Pusat Biodiversitas Dunia?
FAKTA | PENJELASAN |
---|---|
Wilayah Kepulauan Terbesar | 17.000+ pulau = ekosistem terisolasi & unik |
Terletak di Wallacea | Zona transisi Asia-Australia → spesies endemik tinggi |
Hutan Tropis Terluas ke-3 Dunia | Habitat bagi 10% spesies dunia |
Laut Terkaya di Dunia (Coral Triangle) | 76% jenis karang dunia ada di sini |
Sebenarnya, Indonesia adalah “rumah” bagi seperempat kekayaan hayati planet.
Tidak hanya itu, ancaman pun sangat besar.
Karena itu, perlindungan mutlak diperlukan.
10 Destinasi Ekowisata di Indonesia yang Nyata Lindungi Satwa & Ekosistem
🐒 1. Tangkahan, Sumatra Utara
- Spesies: Orangutan Sumatera, gajah liar
- Program: Elephant Tracking, reforestrasi, community-based tourism
- Dampak: Desa mandiri, deforestasi turun 60%
Sebenarnya, Tangkahan contoh nyata suksesnya ekowisata berbasis komunitas.
Tidak hanya itu, harmonisasi manusia-hewan terwujud.
Karena itu, jadi percontohan nasional.
🐉 2. Taman Nasional Komodo, NTT
- Spesies: Komodo, penyu, hiu karang
- Program: Kuota wisatawan, dana konservasi, patrol sukarela
- Dampak: Populasi komodo stabil, ekonomi lokal naik
Sebenarnya, komodo bukan hanya simbol — tapi daya tarik yang harus dilindungi.
Tidak hanya itu, ekowisata cegah eksploitasi liar.
Karena itu, sangat strategis.
🦜 3. Raja Ampat, Papua Barat
- Spesies: Ikan badut, pari manta, penyu sisik
- Program: Marine Protected Area, homestay nelayan, larangan tangkap karang
- Dampak: Terumbu karang pulih, nelayan beralih ke pariwisata
Sebenarnya, Raja Ampat adalah surga bawah laut yang diselamatkan oleh kesadaran kolektif.
Tidak hanya itu, potensi global sangat besar.
Karena itu, harus dipertahankan.
🐢 4. Pulau Penyaliran, Sumatra Selatan
- Spesies: Buaya sumbu, penyu belimbing
- Program: Penetasan tukik, edukasi sekolah, wisata edukatif
- Dampak: Angka penetasan naik 3x lipat
Sebenarnya, penyu adalah indikator kesehatan pesisir.
Tidak hanya itu, program ini libatkan anak-anak desa.
Karena itu, investasi jangka panjang.
🐘 5. Bukit Lawang, Sumatra Utara
- Spesies: Orangutan Sumatera
- Program: Rehabilitasi, jungle trekking terkontrol, larangan feeding
- Dampak: Populasi orangutan mulai pulih
Sebenarnya, Bukit Lawang adalah pintu gerbang penyelamatan primata langka.
Tidak hanya itu, edukasi wisatawan sangat penting.
Karena itu, harus tetap terjaga.
🌿 6. Danau Sentarum, Kalimantan Barat
- Spesies: Pesut Mahakam, ikan arwana, burung rangkong
- Program: Larangan penebangan, sistem zonasi, wisata sungai
- Dampak: Ekosistem rawa terlindungi
Sebenarnya, danau ini adalah paru-paru Kalimantan yang rapuh.
Tidak hanya itu, masyarakat Dayak jadi penjaga utama.
Karena itu, dukungan vital.
🐦 7. Pegunungan Jayawijaya, Papua
- Spesies: Cenderawasih, kasuari, burung madu
- Program: Birdwatching etis, homestay suku Lani, larangan burung liar
- Dampak: Tradisi lestari, satwa tidak dieksploitasi
Sebenarnya, burung Papua adalah warisan dunia yang harus dihormati.
Tidak hanya itu, wisatawan diajak paham budaya lokal.
Karena itu, holistik.
🐋 8. Teluk Cenderawasih, Papua
- Spesies: Paus sperma, paus pembunuh, penyu hijau
- Program: Snorkeling non-touch, kapal nelayan jadi tour boat
- Dampak: Hubungan baik antara nelayan & satwa
Sebenarnya, melihat paus liar adalah pengalaman spiritual & ilmiah.
Tidak hanya itu, minim gangguan.
Karena itu, harus dijaga integritasnya.
🐅 9. Taman Nasional Gunung Leuser, Aceh
- Spesies: Harimau Sumatera, gajah, tapir
- Program: Patrol ranger, deteksi dini longsor, agroforestri
- Dampak: Konflik manusia-satwa berkurang
Sebenarnya, Leuser adalah hutan tropis terakhir yang masih utuh.
Tidak hanya itu, rumah bagi predator puncak.
Karena itu, tidak boleh dirusak.
🐟 10. Wakatobi, Sulawesi Tenggara
- Spesies: Ikan badut, napoleon, karang otak
- Program: Coral gardening, diving dengan aturan ketat, bank sampah
- Dampak: Karang tumbuh kembali, sampah laut berkurang
Sebenarnya, Wakatobi adalah laboratorium alam untuk penyelamatan terumbu karang.
Tidak hanya itu, kolaborasi nelayan & penyelam sangat kuat.
Karena itu, model sempurna ekowisata.
Peran Wisatawan: Bagaimana Cara Berlibur Tanpa Merusak?
✅ Patuhi Aturan Lokal
- Jangan sentuh satwa, jangan petik tanaman, jangan keluar jalur
- Ikuti briefing dari guide
Sebenarnya, aturan bukan penghalang — tapi proteksi alam & dirimu sendiri.
Tidak hanya itu, edukasi = bagian dari pengalaman.
Karena itu, taati sepenuh hati.
✅ Bawa Bekal Sendiri
- Botol isi ulang, tupperware, tas belanja
- Kurangi sampah plastik sekali pakai
Sebenarnya, satu botol plastik bisa hancurkan ekosistem laut selama 450 tahun.
Tidak hanya itu, wisatawan = agen perubahan.
Karena itu, jadi teladan.
✅ Pilih Operator Bertanggung Jawab
- Cari yang punya sertifikasi ekowisata (DEMP, ASEAN Green Hotel)
- Tanya: “Berapa persen pendapatan untuk konservasi?”
Sebenarnya, tidak semua operator peduli lingkungan.
Tidak hanya itu, konsumen punya kekuatan memilih.
Karena itu, riset sebelum booking.
Dukungan Komunitas Lokal & Program Konservasi yang Inklusif
ASPEK | CONTOH |
---|---|
Homestay Warga | Pendapatan langsung ke keluarga, bukan ke korporasi |
Guide Lokal | Pengetahuan tradisional + pelatihan modern |
Produk UMKM | Souvenir dari daur ulang, anyaman alami |
Partisipasi Desa | Rapat rutin, pengambilan keputusan bersama |
Sebenarnya, keberhasilan ekowisata diukur dari seberapa besar manfaat untuk warga.
Tidak hanya itu, pemberdayaan = fondasi keberlanjutan.
Karena itu, harus inklusif.
Tips Traveling Ramah Lingkungan: Minim Sampah, Edukatif, dan Berkelanjutan
✅ Gunakan Transportasi Rendah Emisi
- Trekking, sepeda, kapal kayu
- Hindari helikopter atau speedboat boros bahan bakar
Sebenarnya, transportasi = kontributor utama emisi wisata.
Tidak hanya itu, lebih autentik.
Karena itu, pilih yang alami.
✅ Jadilah Wisatawan Edukatif
- Ajak anak-anak belajar tentang satwa
- Dokumentasikan untuk edukasi publik
Sebenarnya, wisata bukan hanya untuk diri sendiri — tapi bisa jadi media penyadaran.
Tidak hanya itu, inspirasi = dampak tak terlihat.
Karena itu, sebarkan kebaikan.
✅ Donasi Langsung ke Program
- Lewat website resmi, QR code desa, atau aplikasi amal
- Pastikan transparan & terverifikasi
Sebenarnya, donasi = bentuk apresiasi tertinggi terhadap alam.
Tidak hanya itu, langsung ke sumber.
Karena itu, sangat bernilai.
Penutup: Liburan Bukan Hanya Soal Selfie — Tapi Soal Meninggalkan Jejak Positif
10 destinasi ekowisata di indonesia yang mendukung pelestarian biodiversitas bukan sekadar daftar tempat indah — tapi pengakuan bahwa liburan bisa menjadi aksi nyata untuk menyelamatkan bumi; bahwa setiap langkah kakimu di hutan, setiap renungan di tepi danau, setiap interaksi dengan warga desa adalah bagian dari gerakan global untuk menjaga keanekaragaman hayati yang tak ternilai.
Kamu tidak perlu jadi aktivis untuk berkontribusi.
Cukup pilih destinasi ekowisata, patuhi aturan, dan ajak orang lain ikut serta.
Karena pada akhirnya,
setiap kali kamu lestarikan alam, setiap kali kamu dukung warga lokal, setiap kali kamu ajarkan anakmu untuk tidak membuang sampah — adalah bukti bahwa kamu tidak hanya menikmati dunia — tapi juga bertanggung jawab terhadapnya.

Akhirnya, dengan satu keputusan:
👉 Jadikan wisata sebagai alat pelestarian, bukan eksploitasi
👉 Prioritaskan destinasi yang peduli bumi, bukan hanya laba
👉 Percaya bahwa perjalanan sejati dimulai dari kesadaran, bukan dari tiket pesawat
Kamu bisa menjadi bagian dari generasi yang tidak hanya menjelajah — tapi juga melindungi, tidak hanya mengambil foto — tapi juga meninggalkan jejak positif.
Jadi,
jangan anggap ekowisata hanya alternatif liburan.
Jadikan sebagai misi: menyelamatkan alam, memberdayakan masyarakat, dan melestarikan warisan bumi untuk anak cucu.
Dan jangan lupa: di balik setiap “Alhamdulillah, saya ikut menyuarkan tukik di Pulau Penyaliran” dari seorang wisatawan, ada pilihan bijak untuk tidak menyerah pada konsumerisme, tidak mengabaikan, dan memilih berkontribusi — meski hanya dengan membayar tiket masuk dan mengikuti aturan yang ketat.
Karena keindahan sejati bukan diukur dari seberapa banyak foto yang diambil — tapi seberapa besar jejak positif yang ditinggalkan.
Sebenarnya, alam tidak butuh kita.
Tentu saja, kita yang butuh alam untuk bertahan hidup.
Dengan demikian, menjaganya adalah bentuk rasa syukur tertinggi.
Padahal, satu generasi yang peduli bisa mengubah masa depan.
Akhirnya, setiap tindakan pelestarian adalah investasi di masa depan.
Karena itu, mulailah dari dirimu — dari satu keputusan bijak.